Sumut: Dari 541 Sampel Diperiksa, 50 Orang Dinyatakan Positif Corona

Artam - Jumat, 08 Mei 2020 00:50 WIB
Sumut: Dari 541 Sampel Diperiksa, 50 Orang Dinyatakan Positif Corona
ilustrasi
Laboratorium

drberita.id | Pemeriksaan 541 sampel spesimen swab pasien Virus Corona (Covid-19) di Laboratorium Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU), dinyatakan positif 50 terinfeksi Covid-19.

Ketua Tim Laboratorium Pemeriksaan Covid-19 RS USU dr Dewi Indah Sari Siregar mengatakan, kapasitas per hari pemeriksaan dalam kondisi normal swab dengan alat PCR (Polymerase Chain Reaction) bisa dilakukan hingga 96 sampel.

Dengan adanya diagnosa, baik yang positif maupun negatif, tentunya sangat membantu dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya terhadap pasien.

Baca Juga: Aniaya Wanita, Adik & Kakak Wakil Gubernur Sumut Dilaporkan ke Polisi

"Sejak hari pertama menerima pemeriksaan swab hingga kini sudah 541 sampel diperiksa dari pasien yang tersebar seluruh Provinsi Sumatera Utara. Dari 541 sampel ada 50 yang positif corona," ungkap dr Dewi dalam video streaming bersama Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTTP) Covid-19 Sumut, Mayor dr Whiko Irwan D, Kamis 7 Mei 2020.


Alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan swab pasien Covid-19 terdiri dari dua tahap. Pertama, kata Dewi, pemeriksaan Pre PCR dengan melakukan ekstraksi (proses pemisahan senyawa/zat). Kedua, menggunakan alat/mesin PCR, dengan fase pengambilan sampel swab yang dimasukkan ke VTM (Virus Transport Media), untuk selanjutnya masa ekstraksi dan aplikasi PCR.

"USU punya mesin PCR. Selain itu, alat ekstrasi yang sifatnya otomatis USU juga punya. Alat-alat tersebut tentunya sangat membantu kami dalam pemeriksaan ini. Untuk bahan-bahannya dibeli oleh USU, ada juga bantuan dari Kemenristekdikti, Balitbangkes Kemenkes dan BNPB," jelasnya.

Baca Juga: Polisi Pra Rekonstruksi Pembunuhan Cewek Cantik di Komplek Cemara Asri

Kemudian, kata Dewi, metode pemeriksaan untuk menentukan diagnosa seorang pasien positif atau negatif Covid-19 sama dengan yang dilakukan Balitbangkes Kemenkes RI. Karena, harus berkoordinasi dengan Balitbangkes baik itu hasil, quality control, pemantapan kualitas eksternal dan sebagainya. Bahkan, seluruh Indonesia juga metodenya diyakini sama.


"Swab yang kita dapat dari penderita berasal dari dua tempat, yaitu nasofaring dan orofaring (saluran pernafasan atas). Jadi, kedua swab tersebut kemudian dimasukkan dalam satu tempat, yaitu Virus Transport Media (VTM) atau Universal Transport Media (UTM)," jelasnya.

Adanya hasil swab yang bisa berbeda-beda, kata Dewi, karena adanya beberapa hal, antara lain pra analitik, yaitu persiapan pada pengambilan sampel. Ini berpengaruh bagaimana cara penyimpanan VTM, dan pengiriman sampel itu sangat berpengaruh.

Baca Juga: Tak Disegani Lagi, KPK Diragukan Dapat Tangkap 5 Buronan Korupsi

"Selain itu, kapan diambil sampel apakah terlalu awal atau terlambat juga dapat berpengaruh. Faktor-faktor ini yang menyebabkan apakah gen yang diperiksa positif atau tidak," tuturnya.


Pemeriksaan swab PCR yang dilakukan setiap hari ibarat roller cooster atau naik turun. Artinya, tidak bisa dipastikan berapa jumlah swab per hari yang masuk. Sedangkan ketersediaan reagensia diibaratkan hanya cukup seperti makan untuk besok.

"Persoalan yang dihadapi dalam pemeriksaan swab PCR sudah skala global, karena bahan-bahannya memang susah untuk mendapatkannya. Walaupun kita memiliki uang, belum tentu kita mendapatkannya karena memang stoknya tidak ada. Belum lagi adanya perubahan jenis reagensia," jelas dr Dewi. (art/drb)

SHARE:
Editor
:
Sumber
: Pers Rilis
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru